
Pena sang guru
Pena guruku
Tak sempat bosan menari-nari di diriku
Menuliskan tidak sedikit warna di jiwaku
Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku
Pena guruku hebat
Sebab penanya aku tidak terlambat
Tugas-tugasku tidak lambat
Walau panas matahari menyengat sampai hujan lebat
Pena guruku sangat mengagumkan
Aku pun terbuai angan
Dunia bakal kuguncangkan
Menuju suatu pencapaian
Kuingin penaku semacam miliknya
Menggoreskan, melukiskan serta mewarnai anak bangsa
Hasil penamu kan kujunjung penuh makna
Kaulah Sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa.
(Oleh: Mesdiana, S. Pd)
Guru dalam sandera
Guru…
sosok insan yang begitu mulia
ia rela menghabiskan waktunya demi anak bangsa
tak mengetahui lelah,
hanya semangat, asa serta doa yang keluar dari bibirnya
demi mencerdaskan anak bangsa
kini ia sudah disandera
disandera bakal beribu administrasi
ia jarang bercengkerama dengan siswa-siswanya
ia amblas bahkan tenggelam bakal administrasi
demi kesejahteraan yang ingin diraihnya
kini ia sudah disandera disandera bakal beberapa aturan
hingga ia segan untuk mendidik anak bangsa
ia terbelenggu…
tak hanya itu, rayuan dilema merasuk dirinya
ketika nurani berbisik untuk mendidik dengan ikhlas
hati kecilnya pun mengatakan
“tak takutkah engkau dengan jeruji besi?”
oooh guru…
sampai kapankah engkau bakal masih disandera?
(Oleh: La Jumadin)
Sang pengabdi
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus kan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menantikan
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argumen
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa aliran budi kau tanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kau beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau masih di sini setia mengabdi
Sampai masa kan beres nanti.
(Oleh: Zaniza)